Website Holywings tidak bisa diakses
Berdasarkan pemantauan IDN Times, situs resmi Holywings terpantau tidak bisa diakses dengan tulisan "500 Woops! The Service is Unavailable. Begitu pula dengan akun resmi Instagram@holywingsindonesia dengan tanda centang biru dan followers atau pengikut mencapai 333 ribu, namun tidak ada aktivitas terbaru yang dibagikan dalam akun tersebut.
Pada awal November, salah satu outlet Holywings di Jakarta dikabarkan berganti nama menjadi W Superclub. Outlet itu resmi beroperasi di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Sementara itu, outlet Holywings di Makassar dilaporkan berganti nama menjadi Helen's.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Awal mula berdirinya Holywings
Sebelumnya, Co-Founder Holywings, Ivan Tanjaya bercerita tentang awal mula dia dan keempat rekannya mendirikan Holywings dalam program 'MICAN' yang tayang di YouTube resmi Holywings. Ivan juga sempat menjalankan banyak bisnis mulai dari menjadi makelar sewa properti ketika kuliah di Beijing, jual beli Polaroid, hingga menjadi distributor mainan.
"Nggak langsung Holywings karena gue nyoba F&B itu namanya Kedai Opa, gue berdua sama Eka (salah satu founder Holywings). Konsepnya nasi goreng, di ruko yang jadi Holywings Kelapa Gading, pertama kali," kata Ivan.
Namun, sayangnya kedai nasi gorengnya tersebut hanya bertahan selama tiga bulan. Ivan menyatakan dari segi bisnis, kedainya tersebut gagal untuk bisa dikembangkan. Lantaran omzet yang didapatkannya terus menurun di setiap bulannya.
"Bulan pertama misal Rp100 juta nih, bulan kedua 70, bulan ketiga 50. Langsung kita langkah seribu, makanya ada si Jeki, Marvin, sama Kevin (tiga founder Holywings lainnya)," ujar dia.
Setelah gagal dengan kedai nasi gorengnya, Ivan lantas berdiskusi dengan Eka untuk mengubah konsep bisnis yang mau mereka jalani.
Kemudian dari diskusi tersebut, Ivan mendapatkan konsep yang sesuai dengan apa yang dipelajarinya di Beijing, China. Konsep tersebut adalah dengan menggabungkan minum sambil makan dan ditemani live music.
"Ada satu tempat yang sebenarnya mungkin gue copy ya, namanya Helen's di Beijing. Ini live music di China dan gue lumayan sering ke sana karena klab malam mahal kan, Helen's murah," kata Ivan.
Dari ide tersebut kemudian muncul konsep Holywings yang menjual sayap ayam sebagai camilan utama di samping minuman beralkohol dan performa live music. Adapun menu sayap ayam itu diakui pria kelahiran Toli Toli tersebut merupakan bagian salah satu menu yang ada di Kedai Opa miliknya dulu.
"Chicken wings-nya ini adalah chicken wings Kedai Opa yang gue suka banget dan sekarang nama menunya di Holywings itu kenapa ada nama menu Grandpa, Grandpa Fried Rice dan Grandpa Chicken Wings yang which is itu merupakan menunya Kedai Opa," kata dia.
Baca Juga: Holywings Makassar Ganti Nama Jadi Helen's, Apa yang Berubah?
Asal usul nama Holywings
Salah satu fakta mengejutkan yang disampaikan Ivan adalah terkait penamaan Holywings. Lulusan Raffles University Beijing tersebut mengakui bahwa nama Holywings terinspirasi dari restoran steak Holycow.
Dengan demikian, Ivan menambahkan, kombinasi sayap ayam dan bir yang dijual dengan harga murah menjadi faktor penarik massa untuk datang ke Holywings.
Awalnya, Ivan memulai Holywings tanpa penampilan musik langsung dan kebetulan pada medio 2014-2015 kehadiran musik langsung tergerus oleh penampilan electronic music dance alias EDM. Namun, hal tersebut tak menghalangi Ivan untuk menghadirkan musik langsung di Holywings. Dia berkaca dengan kesuksesan yang diraih Helen's di Beijing sana.
"Sebenarnya di Helen's itu nggak setiap hari ada live music, cuma tiga hari di Rabu, Jumat, dan Sabtu, tiap tiap tiga hari itu dia ramai. Hari biasa kalau gak ada live band dia mati. Jadi gue bilang yaudah kita coba setiap hari live music, hidup apa nggak nih," kata Ivan.
Jakarta, IDN Times - Holywings pernah menjadi tempat gaul paling hype di berbagai kota besar di Indonesia. Meski kini brand Holywings tidak lagi digunakan, banyak orang masih kenal dengan nama tersebut.
Saat masih beroperasi, tempat nongkrong kekinian yang mengusung konsep live bar musik itu, dengan cepat berkembang dan jadi favorit anak muda. Bisnis yang bergerak di bidang food and beverage (F&B), yang meliputi tiga usaha hingga saat ini yaitu Holywings Bar, Holywings Club dan Holywings Restaurant.
Holywings ditutup tahun lalu, menyusul sejumlah kontroversi yang membuatnya viral. Mulai dari pelanggaran protokol kesehatan semasa pandemik COVID-19, hingga kisruh masalah promosi menu minuman alkohol yang menggunakan nama-nama tertentu yang identik dengan agama.
Pada Juni, pihak Holywings mengatakan hanya tersisa dua dari 38 outlet mereka yang tersebar di berbagai kota. Namun, proses hukum pun kian pelik dan akhirnya nama Holywings pun tak terdengar lagi.
Lantas siapa pemilik Holywings?
Baca Juga: 4 Fakta Perjalanan Bisnis Holywings, Awalnya Kedai Nasi Goreng
Holywings berdiri pada 2014 dan didirikan dibawah naungan PT Aneka Bintang Gading. Holywings didirikan oleh Ivan Tanjaya dan Eka Setia Wijaya sebagai Co-Founder.
Ivan Tanjaya lahir di Palu, Sulawesi Tengah tahun 1989. Pria berusia 33 tahun, dan sempat mengenyam pendidikan di Raffles Academy Beijing, China.
Sementara Eka Setia Wijaya menuliskan sebgaai seorang Restaurant Owner di Perusahaan yang menaungi berdirinya Holywings yakni PT Aneka Bintang Gading seperti yang dituliskan dalam Linkedin-nya.
Berdasarkan pemberitaan IDN Times, sebelumnya, selain Eka Setia Wijaya (Direktur Utama), Ivan Tanjaya (Komisaris Utama), berdasarkan data Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, ada sejumlah nama pengurus dan pemilik saham dari Holywings lainnya yakni Marvin Saputra (Direktur), Jacky Lee (Komisaris), Kevin Tanjaya (Direktur) dan Hotman Paris Hutapea.
Baca Juga: Holywings Gatsu Beroperasi Lagi, Ini Penjelasan Pemprov DKI